Minggu, 15 Juli 2012

LTE (Long Term Evolution)

LTE (Long Term Evolution) adalah nama proyek untuk interface udara performa tinggi untuk sistem komunikasi ponsel. LTE adalah langkah terakhir menjelang teknologi radio generasi keempat (4G), yang didesain untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan transmisi data di jaringan ponsel. Meski tidak sepenuhnya sesuai dengan standar 4G yang dikeluarkan IMT (International Mobile Telecommunications Advanced), beberapa negara mengenalkan teknologi selular mereka sekarang dengan nama 3G menyebut LTE dengan nama 4G.
Untuk memudahkan pengertian generasi teknologi selular, kita bisa mengklasifi kasikannya sebagai berikut: 2G untuk GSM, 2.5G untuk GPRS, 2.75G untuk EDGE, 3G untuk UMTS atau WCDMA, 3.5G untuk HSDPA, 3.75G untuk HSUPA, 3.8G untuk HSPA+, 3.85G untuk HSPA+ plus MIMO, dan 3.9G untuk LTE. Sebagian besar operator besar di AS dan dunia telah mengumumkan rencana untuk mengubah jaringan mereka menjadi LTE sejak awal 2009 silam. Namun, layanan LTE pertama yang dibuka untuk umumbaru dilakukan oleh TeliaSonera di dua kota besar Skandinavia, Stockholm, dan Oslo, pada pertengahan Desember 2009. Selain operator, penyedia perangkat telekomunikasi besar pun telah lebih dulu mempersiapkan diri untuk mendukung LTE.
Spesifikasi LTE LTE sendiri adalah serangkaian peningkatan dari UMTS yang diperkenalkan dalam 3GPPP (3rd Generation Partnership Project) Release 8, yang banyak berfokus pada pengadopsian teknologi komunikasi mobile 4G, termasuk arsitektur jaringan flat all-IP.
Spesifikasi LTE menawarkan kece patan puncak downlink paling tidak 100 Mbps, uplink paling tidak 50 Mbps, dan RAN (radio access network) round-trip times (RTT) di bawah 10 milidetik. LTE mendukung bandwidth dari 20 MHz sampai 1.4 MHz, dan mendukung FDD (frequency division duplexing) dan TDD (time division duplexing) sekaligus.
Salah satu standar LTE adalah System Architecture Evolution, arstitektur jaringan berbasis flat IP yang didesain untuk menggantikan GPRS Core Network, dan memastikan dukungan untuk dan mobilitas antara beberapa sistem legacy atau non3GPPP, sebagai contoh GPRS dan WiMax.
Keunggulan utama LTE adalah throughput yang tinggi, latency rendah, plug-and-play, FDD dan TDD dalam satu platform, peningkatan pengalaman pengguna akhir, dan artsitektur sederhana yang berimbas pada rendahnya biaya operasi. LTE juga mendukung seamless passing pada tower-tower selular dengan teknologi yang lebih tua, seper ti GSM, CDMA1x, W-CDMA (UMTS), dan CDMA2000.
Downlink dan Uplink LTE Untuk downlink, LTE menggunakan OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing), sebuah sistem yang memungkinkan spektum dipecah ke dalam banyak carrier kecil, setiap carrier berada dalam frekuensi yang berbeda, dan membawa bagian sinyal.
OFDM memenuhi persyaratan LTE untuk fleksibilitas sprektrum dan solusi hemat biaya. Selain itu, OFDM juga merupakan teknologi yang sudah mapan, misalnya dalam standar seperti IEEE 802.11a/g, 802.16, HIPERLAN-2, DVB (Digital Video Broadcasting), dan DAB (Digital Audio Broadcasting).
Dalam downlink terdapat 3 channel fisik utama. Physical Downlink Shared Channel (PDSCH) digunakan untuk semua transmisi data, Physical Multicast Channel (PMCH) digunakan untuk transmisi broadcast menggunakan Single Frequency Network, dan Physical Broadcast Channel (PBCH) digunakan untuk mengirim informasi sistem yang paling penting dalam sel.
Sementara itu, dalam uplink untuk Physical Uplink Shared Channel (PUSCH) saja, LTE menggunakan versi pre-code OFDM yang disebut Single Carrier Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA). Hal ini untuk mengompensasi kelemahan OFDM normal, yang memiliki peak to-average power ratio (PAPR) yang sangat tinggi.
PAPR yang tinggi memerlukan power amplifier yang mahal dan tidak efisien, yang meningkatkan biaya terminal dan menguras baterai lebih cepat. SC-FDMA memecahkan masalah ini dengan mengelompokkan resource-resource block untuk menurunkan kebutuhan daya dalam power amplifier. PAPR yang rendah juga memperluas wilayah cakupan dan kinerja.
Sebagaimana downlink, uplink LTE juga memiliki tiga channel fisik, yakni Physical Random Access Channel (PRACH) yang hanya digunakan untuk akses awal dan ketika UE (user equipment, istilah untuk perangkat 3G yang digunakan oleh pengguna akhir seperti ponsel atau modem) tidak tersinkronisasi dengan uplink.
Physical Uplink Shared Channel (PUSCH) yang menerima data dari PRACH. Jika tidak ada data yang dikirimkan pada uplink untuk sebuah UE, informasi kontrol akan ditransmisikan pada Physical Uplink Control Channel (PUCCH).

Minggu, 08 April 2012

Penumpangan Sinyal Pada Carier Modulasi

Penumpangan Sinyal Pada Carier Modulasi

Cara yang terbaik untuk menumpangkan sinyal adalah pada Gelombang, karena gelombang dapat bergerak pada jarak yang jauh.
Untuk itu salah satu parameter gelombang harus dirubah sesuai dengan perubahan sinyal yang mau dikirim.
Contoh :
Jika suatu gelombang cahaya diubah intensitasnya (terang/gelap), maka perubahan itu dapat diterima di tempat yang jauh.
Jika grlombang radio diubah-ubah amplitudonya, maka perubahan
Amplitudo ini dapat diterima di tempat yang jauh


Sinyal Analog


Sinyal Analog : Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang yang kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Dua parameter/ karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noise. Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase.                                       
  • Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
  • Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
  • Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.

Sinyal Digital
Sinyal digital merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah signal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner), sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau, proses informasinya pun mudah, cepat dan akurat, tetapi transmisi dengan isyarat digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat. Biasanya isyarat ini juga dikenal dengan isyarat diskret. Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bit merupakan istilah khas pada isyarat digital. Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1). Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah 2 buah (21). Kemungkinan nilai untuk 2 bit adalah sebanyak 4 (22), berupa 00, 01, 10, dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yang terbentuk oleh kombinasi n bit adalah sebesar 2n buah.
System digital merupakan bentuk sampling dari sytem analog. digital pada dasarnya di code-kan dalam bentuk biner (atau Hexa). besarnya nilai suatu system digital dibatasi oleh lebarnya / jumlah bit (bandwidth). jumlah bit juga sangat memengaruhi nilai akurasi system digital.
Contoh kasus. ada system digital dengan lebar 1 byte (8 bit). maka nilai-nilai yang dapat dikenali oleh system adalah bilangan bulat dari 0 - 255 (256 nilai : 2 pangkat 8).
Kita bandingkan dengan system analog -- di antara angka 0 s/d 255 --... system analaog dapat menghasilkan nilai sebanyak tidak terhingga (0..0,0002... dst).
Namun dengan semakin lebarnya bandwith digital (bisa hampir 3 GByte) dijaman sekarang ini membuat semakin tipisnya perbedaan antara digital dan analog system.

Signal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat ditemukan pada teknologi analog yaitu :


  • Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi.
  • Penggunaan yang berulang – ulang terhadap informasi tidak memengaruhi kualitas dan kuantitas informsi itu sendiri.
  • Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk.
  • Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya secara interaktif.

Kelebihan informasi digital adalah kompresi dan kemudahan utnuk ditranfer ke media elektronik lain. Kelebihan ini dimanfaatkan secara optimal oleh teknologi internet, misalnya dengan menaruhnya ke suatu website atau umumnya disebut dengan meng – upload. Cara seperti ini disebut online di dunia cyber.





Senin, 19 Desember 2011

MPLS Traffic Engineering

Traffic engineering adalah proses pemilihan saluran data traffic untuk menyeimbangkan beban trafik pada berbagai jalur dan titik dalam network. Tujuan akhirnya adalah memungkinkan operasional network yang andal dan efisien, sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan performansi trafik. Panduan TE untuk MPLS (disebut MPLS-TE) adalah RFC-2702 [Awduche 1999a]. RFC-2702 menyebutkan tiga masalah dasar berkaitan dengan MPLS-TE, yaitu:
  • Pemetaan paket ke dalam FEC
  • Pemetaan FEC ke dalam trunk trafik
  • Pemetaan trunk trafik ke topologi network fisik melalui LSP
Namun RFC hanya membahas soal ketiga. Soal lain dikaji sebagai soal-soal QoS. Awduche [1999] menyusun sebuah model MPLS-TE, yang terdiri atas komponen-komponen: manajemen path, penempatan trafik, penyebaran keadaan network, dan manajemen network.

Manajemen Path
Manajemen path meliputi proses-proses pemilihan route eksplisit berdasar kriteria tertentu, serta pembentukan dan pemeliharaan tunnel LSP dengan aturan-aturan tertentu. Proses pemilihan route dapat dilakukan secara administratif, atau secara otomatis dengan proses routing yang bersifat constraint-based. Proses constraint-based dilakukan dengan kalkulasi berbagai alternatif routing untuk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dalam kebijakan administratif. Tujuannya adalah untuk mengurangi pekerjaan manual dalam TE.

Setelah pemilihan, dilakukan penempatan path dengan menggunakan protokol persinyalan, yang juga merupakan protokol distribusi label. Ada dua protokol jenis ini yang sering dianjurkan untuk dipakai, yaitu RSVP-TE dan CR-LDP.

Manajemen path juga mengelola pemeliharaan path, yaitu menjaga path selama masa transmisi, dan mematikannya setelah transmisi selesai.

Terdapat sekelompok atribut yang melekat pada LSP dan digunakan dalam operasi manajemen path. Atribut-atribut itu antara lain:
  • Atribut parameter trafik, adalah karakteristrik trafik yang akan ditransferkan, termasuk nilai puncak, nilai rerata, ukuran burst yang dapat terjadi, dll. Ini diperlukan untuk menghitung resource yang diperlukan dalam trunk trafik.
  • Atribut pemilihan dan pemeliharaan path generik, adalah aturan yang dipakai untuk memilih route yang diambil oleh trunk trafik, dan aturan untuk menjaganya tetap hidup.
  • Atribut prioritas, menunjukkan prioritas pentingnya trunk trafik, yang dipakai baik dalam pemilihan path, maupun untuk menghadapi keadaan kegagalan network.
  • Atribut pre-emption, untuk menjamin bahwa trunk trafik berprioritas tinggi dapat disalurkan melalui path yang lebih baik dalam lingkungan DiffServ. Atribut ini juga dipakai dalam kegiatan restorasi network setelah kegagalan.
  • Atribut perbaikan, menentukan perilaku trunk trafik dalam kedaan kegagalan. Ini meliputi deteksi kegagalan, pemberitahuan kegagalan, dan perbaikan.
  • Atribut policy, menentukan tindakan yang diambil untuk trafik yang melanggar, misalnya trafik yang lebih besar dari batas yang diberikan. Trafik seperti ini dapat dibatasi, ditandai, atau diteruskan begitu saja.
Atribut-atribut ini memiliki banyak kesamaan dengan network yang sudah ada sebelumnya. Maka diharapkan tidak terlalu sulit untuk memetakan atribut trafik trunk ini ke dalam arsitektur switching dan routing network yang sudah ada.

Manajemen Network
Performansi MPLS-TE tergantung pada kemudahan mengukur dan mengendalikan network. Manajemen network meliputi konfigurasi network, pengukuran network, dan penanganan kegagalan network.

Pengukuran terhadap LSP dapat dilakukan seperti pada paket data lainnya. Traffic flow dapat diukur dengan melakukan monitoring dan menampilkan statistika hasilnya. Path loss dapat diukur dengan melakukan monitoring pada ujung-ujung LSP, dan mencatat trafik yang hilang. Path delay dapat diukur dengan mengirimkan paket probe menyeberangi LSP, dan mengukur waktunya. Notifikasi dan alarm dapat dibangkitkan jika parameter-parameter yang ditentukan itu telah melebihi ambang batas.

Protokol Persinyalan
Administrator, atau secara otomatis oleh suatu protokol persinyalan. Dua protokol persinyalan yang umum digunakan untuk MPLS-TE adalah CR-LDP dan RSVP-TE. RSVP-TE memperluas protokol RSVP yang sebelumnya telah digunakan untuk IP, untuk mendukung distribusi label dan routing eksplisit. Sementara itu CR-LDP memperluas LDP yang sengaja dibuat untuk distribusi label, agar dapat mendukung persinyalan berdasar QoS dan routing eksplisit.

Ada banyak kesamaan antara CR-LDP dan RSVP-TE dalam kalkulasi routing yang bersifat constraint-based. Keduanya menggunakan informasi QoS yang sama untuk menyusun routing eksplisit yang sama dengan alokasi resource yang sama. Perbedaan utamanya adalah dalam meletakkan layer tempat protokol persinyalan bekerja. CR-LDP adalah protokol yang bekerja di atas TCP atau UDP, sedangkan RSVP-TE bekerja langsung di atas IP. Perbandingan kedua protokol ini dipaparkan dalam tebal berikut [Wang 2001]


Untuk standardisasi, sejak tahun 2003 sebagian besar implementor telah memilih untuk menggunakan RSVP-TE dan meninggalkan CR-LDP. Lebih jauh, RSVP-TE dikaji dalam RFC-3209.

Topology MPLS TE:

Comments:
Dynamic Path is chosen after Explicit Path is down.
When Explicit Path is up again, it preempts Dynamic Path within 60 seconds.
Path 1 R1-R3-R4-R5
Path 2 R1-R4-R3-R5
Dynamic
—————————————————————————-
Contoh konfigurasi:
—————————————————————————-
NB: OSPF is already up
mpls is already up
—————————————————————————-
cnc1#
!
hostname cnc1
!
ip cef
no ipv6 cef
!
multilink bundle-name authenticated
mpls traffic-eng tunnels
mpls traffic-eng reoptimize timers frequency 60
no mpls traffic-eng auto-bw timers frequency 0
mpls label protocol ldp
!
interface Loopback0
ip address 1.1.1.1 255.255.255.255
!
interface Tunnel1
ip unnumbered Loopback0
no clns route-cache
tunnel destination 5.5.5.5
tunnel mode mpls traffic-eng
tunnel mpls traffic-eng autoroute announce
tunnel mpls traffic-eng path-option 1 explicit name R1-R3-R4-R5
tunnel mpls traffic-eng path-option 2 explicit name R1-R4-R3-R5
tunnel mpls traffic-eng path-option 3 dynamic
no routing dynamic
!
interface FastEthernet0/0
ip address 10.14.100.1 255.255.255.252
duplex half
mpls ip
!
interface Serial3/0
ip address 192.168.10.9 255.255.255.252
mpls traffic-eng tunnels
mpls ip
serial restart-delay 0
ip rsvp bandwidth
!
interface Serial3/1
ip address 192.168.10.5 255.255.255.252
mpls traffic-eng tunnels
mpls ip
serial restart-delay 0
ip rsvp bandwidth
!
interface Serial3/2
ip address 192.168.10.1 255.255.255.252
mpls traffic-eng tunnels
mpls ip
serial restart-delay 0
ip rsvp bandwidth
!
router ospf 1
mpls traffic-eng router-id Loopback0
mpls traffic-eng area 0
router-id 1.1.1.1
log-adjacency-changes
network 1.1.1.1 0.0.0.0 area 0
network 10.14.100.0 0.0.0.3 area 0
network 192.168.10.0 0.0.0.3 area 0
network 192.168.10.4 0.0.0.3 area 0
network 192.168.10.8 0.0.0.3 area 0
!
ip explicit-path name R1-R3-R4-R5 enable
next-address 192.168.10.6
next-address 192.168.10.14
next-address 192.168.10.18
next-address 5.5.5.5
!
ip explicit-path name R1-R4-R3-R5 enable
next-address 192.168.10.10
next-address 192.168.10.13
next-address 192.168.10.22
next-address 5.5.5.5
!
end
cnc1#
konfigurasi cnc2,cnc3,cnc4 dan cnc5
—————————————————————————-
cncx(config)#mpls traffic-eng tunnels
cncx(config)#mpls label protocol ldp
cncx(config)#int X/X
cncx(config-if)#mpls ip
cncx(config-if)#mpls traffic-eng tunnels
cncx(config-if)#ip rsvp bandwidth
cncx(config-if)
cncx(config)#router ospf 1
cncx(config-router)#mpls traffic-eng router-id loopback 0
cncx(config-router)#mpls traffic-eng area 0
cncx(config-router)#
—————————————————————————-
how to check (ping and traceroute)
—————————————————————————-
custa#ping 7.7.7.7 source 6.6.6.6 repeat 1000
Type escape sequence to abort.
Sending 1000, 100-byte ICMP Echos to 7.7.7.7, timeout is 2 seconds:
Packet sent with a source address of 6.6.6.6
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
! !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Success rate is 100 percent (1000/1000), round-trip min/avg/max = 32/129/260 ms
custa#
—————————————————————————-
custa#traceroute 7.7.7.7 source 6.6.6.6
Type escape sequence to abort.
Tracing the route to 7.7.7.7
1 10.14.100.1 [MPLS: Label 21 Exp 0] 80 msec 72 msec 96 msec
2 192.168.10.6 [MPLS: Label 31 Exp 0] 72 msec 100 msec 84 msec
3 192.168.10.14 [MPLS: Label 29 Exp 0] 108 msec 92 msec 120 msec
4 192.168.10.18 140 msec 156 msec 80 msec
5 10.14.200.2 152 msec 108 msec *
custa#
—————————————————————————-
Jika link R1-R3 down
custa#traceroute 7.7.7.7 source 6.6.6.6
Type escape sequence to abort.
Tracing the route to 7.7.7.7
1 10.14.100.1 [MPLS: Label 21 Exp 0] 96 msec 164 msec 120 msec
2 192.168.10.10 [MPLS: Label 30 Exp 0] 144 msec 68 msec 88 msec
3 192.168.10.13 [MPLS: Label 29 Exp 0] 108 msec 108 msec 104 msec
4 192.168.10.22 124 msec 96 msec 92 msec
5 10.14.200.2 104 msec 164 msec *
custa#
—————————————————————————-
Jika link R4-R3 down
custa#traceroute 7.7.7.7 source 6.6.6.6
Type escape sequence to abort.
Tracing the route to 7.7.7.7
1 10.14.100.1 [MPLS: Label 21 Exp 0] 84 msec 96 msec 72 msec
2 192.168.10.10 [MPLS: Label 25 Exp 0] 80 msec 104 msec 104 msec
3 192.168.10.18 112 msec 104 msec 60 msec
4 10.14.200.2 76 msec 112 msec *
custa#
—————————————————————————-
cnc1#show mpls traffic-eng tunnels tunnel 1
Name: cnc1_t1 (Tunnel1) Destination: 5.5.5.5
Status:
Admin: up Oper: up Path: valid Signalling: connected
path option 1, type explicit R1-R3-R4-R5 (Basis for Setup, path weight 192)
path option 2, type explicit R1-R4-R3-R5
path option 3, type dynamic
Config Parameters:
Bandwidth: 0 kbps (Global) Priority: 7 7 Affinity: 0×0/0xFFFF
Metric Type: TE (default)
AutoRoute: enabled LockDown: disabled Loadshare: 0 bw-based
auto-bw: disabled
Active Path Option Parameters:
State: explicit path option 1 is active
BandwidthOverride: disabled LockDown: disabled Verbatim: disabled
InLabel : -
OutLabel : Serial3/1, 31
RSVP Signalling Info:
Src 1.1.1.1, Dst 5.5.5.5, Tun_Id 1, Tun_Instance 227
RSVP Path Info:
My Address: 192.168.10.5
Explicit Route: 192.168.10.6 192.168.10.14 192.168.10.18 5.5.5.5
Record Route: NONE
Tspec: ave rate=0 kbits, burst=1000 bytes, peak rate=0 kbits
RSVP Resv Info:
Record Route: NONE
Fspec: ave rate=0 kbits, burst=1000 bytes, peak rate=0 kbits
Shortest Unconstrained Path Info:
Path Weight: 128 (TE)
Explicit Route: 192.168.10.6 192.168.10.22 5.5.5.5
History:
Tunnel:
Time since created: 2 hours, 43 minutes
Time since path change: 23 minutes, 25 seconds
Number of LSP IDs (Tun_Instances) used: 227
Current LSP:
Uptime: 23 minutes, 28 seconds
Selection: reoptimization
Prior LSP:
ID: path option 3 [220]
Removal Trigger: reoptimization completed
cnc1#
—————————————————————————-

MPLS

MPLS ( Multi Protocol Label Switching ) adalah suatu metode forwarding data melalui suatu jaringan dengan menggunakan informasi dalam label yang dilekatkan pada paket IP. MPLS menggabungkan teknologi switching layer-2 dengan teknologi routing layer-3. MPLS menyederhanakan routing paket dan mengoptimalkan pemilihan jalur (path) yang melalui core network.
Komponen MPLS :

  •  Label Switched Path (LSP): Merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR dimana paket diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke MPLS node yang lain.
  • Label Switching Router: MPLS node yang mampu meneruskan paket-paket layer-3
  • MPLS Edge Node atau Label Edge Router (LER): MPLSnode yang menghubungkan sebuah MPLS domain dengan node yang berada diluar MPLS domain
  • MPLS Egress Node: MPLS node yang mengatur trafik saat meninggalkan MPLS domain
  • MPLS Ingress Node: MPLS node yang mengatur trafik saat akan memasuki MPLS domain
  • MPLS Label: merupakan label yang ditempatkan sebagai MPLS header
  • MPLS Node: node yang menjalankan MPLS. MPLS node ini sebagai control protokol yang akan meneruskan paket berdasarkan label.

Topology MPLS :

Nah jika kalian ingin mencoba topology ini silahkan download disini http://www.4shared.com/rar/ZpslNGO6/MPLS_23_SUCCESS____ETHERNET_CE.html

Sabtu, 17 Desember 2011

BGP MPLS


MPLS BGP ( Border Gateway Protocol )
Border Gateway Protocol (BGP) adalah sebuah routing protocol yang digunakan di tepi sistem otonomous ( AS ). Ini adalah sebuah routing eksterior protokol dan jalan bebas menghitung-loop di Internet. Hal ini dianggap untuk menggunakan jalur-vektor algoritma routing. Ini berarti jalan trek dalam hal yang SA melewati, dan TIDAK melacak rute ” melalui router individu dalam suatu AS , dan tidak secara khusus mampu melakukan load balancing atau paket forwarding itu sendiri. BGP adalah protokol routing pilihan dan digunakan oleh seluruh Penyedia Layanan Jaringan (NSPs) seperti UUNet, Sprint, Cable & Wireless, Level3, Qwest dll bersifat dinamis dan menangani gangguan dan kegagalan link cukup anggun. Untuk menggunakan BGP, Anda harus punya router yang mendukung BGP; mendaftar Nomor AS dan hubungi operator Anda untuk membuat sebuah sesi BGP. Lihat persyaratan halaman untuk informasi lebih lanjut. BGP telah melalui tiga revisi. Versi sekarang yang digunakan adalah BGP4 dan didukung oleh kebanyakan produsen termasuk router Cisco, Lucent / Bay, Juniper dan banyak lainnya, maupun oleh Unix dan program-program Linux seperti Zebra. BGP menggunakan koneksi TCP untuk mengirimkan update routing menggunakan port TCP 179. BGP Oleh karena itu dengan definisi ‘handal’ protokol. Sementara BGP versi 3 menyediakan untuk belajar dinamis rute, rute BGP 4 menambahkan fungsionalitas tambahan dampening, masyarakat, MD5 dan kemampuan multicasting.

Internal vs Eksternal vs Peer (eBGP iBGP)
Peering adalah ketika pertukaran rute Anda dengan perangkat lain berbicara BGP. Ada dua jenis mengintip sesi:
·        INTERNAL Peer (iBGP)
Seorang rekan internal adalah berbicara BGP tetangga yang memiliki nomor AS yang sama seperti yang Anda lakukan. Seorang rekan internal hanya akan meneruskan rute terbaik ia tahu dari itu koneksi sendiri.

·        EKSTERNAL Peer (eBGP)
Eksternal rekan memiliki nomor yang berbeda AS. Seorang rekan eksternal akan menyampaikan semua rute terbaik itu mengetahui atau telah belajar dari rekan lainnya untuk semua rekan-rekan lainnya langsung terhubung eksternal. Inilah yang saya maksud ketika saya mengatakan eBGP adalah ‘gosip’ protokol. Router berbicara eBGP mengobrol segala sesuatu yang mereka ketahui untuk tetangga mereka kecuali jika Anda menginstal lelucon (filter rute).